Kehamilan merupakan
proses alami yang
akan membuat perubahan
baik fisik maupun psikologis Perubahan kondisifisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi
terhadap proses kehamilan
yang terjadi. Hubungan Episode Kehamilan dengan Reaksi Psikologi Hubungan episode kehamilan dengan
reaksi psikologi yaitu:
·
Trimester
pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosionalsehingga periode
ini mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
·
Trimester
kedua : fluktuasi emosional sudah
mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih
berfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi
selama kehamilan,
kehidupan seksual,keluarga dan hubungan
batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.
·
Trimester
ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehinggawanita hamil sangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan
khususnya seorang wanita merupakan
peristiwa yang penting, meskipun demikian kehamilan juga
merupakan saat – saat krisis bagi keluarga di mana
terjadiperubahan identitas
dan peran ibu, ayah,
serta anggota keluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
1.
Menerima
kehamilannya
2.
Membina
hubungan dengan janin
3.
Menyesuaikan perubahan fisik
4.
Menyesuaikan perubahan hubungan suami
istri
5.
Persiapan melahirkan dan
menjadi orang tua
Kehamilan dapat
sebagai :
1.
Krisis
2.
Stresor
3.
Transisi
peran
Krisis
Krisis merupakan
ketidakseimbangan psikologis yang
dapat disebabkan oleh situasi atau olehtahap perkembangan.
Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa
krisis psikologis dan
sosial dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu
ditunjukkan dengan masalah psikologis dan interpersonalyang nyata.
Setiap perubahan yang
terjadi pada seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilanmembawa perubahan yang
signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga
mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
Transisi peran
Terjadi perubahan interaksi rutin
dalam keluarga,
dengan adanya anggota keluarga yang
baru sehingga terjadi perubahan peran
masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggotakeluarga yang
lainnya.
Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi
oleh karena semakin bertambahnya usia kehamilandan
adanya adaptasi peran
barunya. Tahapan perubahan peran
selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah
sebagai berikut:
1.
Tahap
antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan
peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan fantasi. Wanita akan mengawali
peran barunya dengan merubah peran sosialnya melalui latihan informal
dan informasi melalui
model peran. Meningkatnya frekuensi interaksi dengan yang
lainnya akan mempercepat proses adaptasidalam penerimaan
peran barunya sebagai ibu.
2.
Tahap honeymoon atau honeymoon
stage
Tahap honeymoon merupakan
tahap dimana wanita mengasumsikan
peran yang harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap
sikap yang dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada
tahap ini, wanita sudah
dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri dan muncul kebutuhan
akan kasih sayang baik
ibu-bayi, ibu-suami.
3.
Tahap
stabil atau plautau stage
Tahap
stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat
melihat penampilan dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan
apakah peran yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada
bagaimana mereka atau yang lainnya membentuk peran yang harus
ditampilkan. Wanita hamil akan
melakukan kegiatan-kegiatan yang positif
dan berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatan keluarga.
4.
Tahap
akhir atau disengagement/termination stage
Tahap ini merupakan tahap
terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada kehamilanberakhir
setelah proses persalinan selanjutnya
pasangan memasuki tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap
perjanjian. Perjanjian ini dilakukan agar wanita hamil sedapat
mungkin menepati janjinya yang berkaitan dengan peran barunya kelak.
Teori
Ramona Marcer
Teori ini lebih menekankan
pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam
pencapaian peran ibu, Marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
1. Efek stress antepartum
2. Pencapaian peran ibu
Efek stress anterpartum
Stress anterpartum
adalah komplikasi dari
resiko kehamilan dan
pengalaman negatif dari hidup seorang wanita. Sehingga dukungan selama kehamilan sangat
diperlukan untuk mengurangi rasa ketidak percayaan seorang calon ibu.
Penelitian Marcer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
Penelitian Marcer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
· Hubungan interpersonal
· Peran keluarga
· Stress anterpartum
· Dukungan sosial
· Rasa percaya diri
· Penguasaan rasa takut, ragu
dan depresi
Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu
menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan
peran, lebih lanjut Marcer menyebutkan tentang stress anterpartum
terhadap fungsi keluarga,
baik yang positif manupun yang negatif. Bila fungsi keluarganya positif
maka ibu hamil dapat
mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum
karena resiko kehamilandapat
mempengaruhi persepsi kesehatan,
dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau
mengatasi stress anterpartum.
Perubahan yang
dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang
dapat menimbulkan stressanterpartum,
sehingga bidan harus
memberikan asuhan kepada ibu hamil agar
ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang
dialami oleh ibu hamil antara
lain adalah:
· Ibu cenderung lebih tergantung dan
lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat
memperhatikan perkembangan bayinya
· Ibu memerlukan sosialisasi
· Ibu cenderung merasa khawatir
terhadap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya
· Ibu memasuki masa transisi yaitu
dari masa menerima kehamilan ke
masa menyiapkankelahiran dan
menerima bayinya
Empat tahapan dalam
melaksanakan peran ibu menurut Marcer:
1. Anticipatory
2. Formal
3. Informal
4. Personal
Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu,
dimana wanita mulai
melakukan penyesuaian sosial danpsikologis dengan
mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan menjadi seorang ibu.
Formal
Wanita memasuki peran
ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem
sosial.
Informal
Dimana wanita telah mampu
menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya.
Personal
Merupakan peran terakhir,
dimana wanita telah
mahir melakukan perannya sebagai ibu.
B. PSIKOLOGI
PADA IBU YANG MENGALAMI PERSALINAN
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
A. Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan.
1. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam proses persalinan.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
B. Pendekatan Komunikasi Terapeutik.
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
3. Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4. Sentuhan dalam pendampinganklien yang bersalin.
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
5. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengerangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.
6. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
Misalnya : bidan meminta klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan mengatakan pada ibu untuk bernafas pajang dan rileks.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
8. Memberikan pujian.
Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
9. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan.
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
A. Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan.
1. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam proses persalinan.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
B. Pendekatan Komunikasi Terapeutik.
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
3. Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4. Sentuhan dalam pendampinganklien yang bersalin.
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
5. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengerangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.
6. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
Misalnya : bidan meminta klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan mengatakan pada ibu untuk bernafas pajang dan rileks.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
8. Memberikan pujian.
Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
9. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan.
C. PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI NIFAS
A.
Pengertian.
Masa nifas
adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya.
Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Post Partum adalah 2-6 jam,
2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ).
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut
1. Menjaga kesehatan ibu dan batinya, baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4. Meberikan pelanyanan KB.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.
B. BABY BLUE (POST PARTUM BLUES)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang diyandain dengan gejala-gejala sbb:
Cemas tanpa sebab¯
Menangis tanpa sebab¯
Tidak sabar¯
Tidak percaya diri¯
Sensitive¯
Mudah tersinggung¯
Merasa kurang menyayangi bayinya¯
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post Partum Sindrome.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
2. Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
D. PENINGKATAN SUPPORT MENTAL/DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.Ø
Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.Ø
Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.Ø
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.Ø
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut
1. Menjaga kesehatan ibu dan batinya, baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4. Meberikan pelanyanan KB.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.
B. BABY BLUE (POST PARTUM BLUES)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang diyandain dengan gejala-gejala sbb:
Cemas tanpa sebab¯
Menangis tanpa sebab¯
Tidak sabar¯
Tidak percaya diri¯
Sensitive¯
Mudah tersinggung¯
Merasa kurang menyayangi bayinya¯
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post Partum Sindrome.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
2. Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
D. PENINGKATAN SUPPORT MENTAL/DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.Ø
Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.Ø
Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.Ø
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.Ø
D. PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI
MENYUSUI
1. Menyusu di Areola
Jadi kalo kita mau menyusui yg benar, sebenarnya bukan menyusu di putting tp masukkan seluruh mulut bayi ke areola…nah…bayi kan akan menekan wilayah areola itu dg mulut dan lidahnya. Insyaallah dg teknik ini…kemungkinan puting lecet dan sakit akan sedikit…dan kemungkinan ASI lancar akan banyak.
Jadi kalo kita mau menyusui yg benar, sebenarnya bukan menyusu di putting tp masukkan seluruh mulut bayi ke areola…nah…bayi kan akan menekan wilayah areola itu dg mulut dan lidahnya. Insyaallah dg teknik ini…kemungkinan puting lecet dan sakit akan sedikit…dan kemungkinan ASI lancar akan banyak.
2. Percaya Diri
Faktor
psikologis ibu dlm menyusui sangat besar pengaruhnya thd proses menyusui dan produksi ASI…. Ibu yg
stress…ibu yg khawatir ASInya kurang…bisa menyebabkan produksi ASI ikut
terhambat….hal ini karena sebenarnya yg berperan besar dlm memproduksi ASI itu
ya otak….otaklah yg mengendalikan dan mengatur pengeluaran ASI… jadi kalo mo
ASInya banyak…otaknya harus distel dan diset…bahwa kita mampu menghasilkan ASI
sebanyak yg kita mau dan dibutuhkan bayi…
Nah…ibu yg percaya diri dan yakin 100% mampu menghasilkan ASI Insyaallah akan benar2 mampu menghasilkan ASI sesuai keyakinannya.
3. Tingkatkan Frekwensi Menyusui
Semakin sering kita menyusui.maka akan semakin banyak pula ASI diproduksi…base on demand
Proses produksi ASI itu berdasarkan seberapa kosongnya gudang ASI…
Jadi kalo gudang ASInya kosong…maka ASI akan segera diisi lagi…
Nah..semakin sering gudangnya dikosongin…ya kan akan semakin sering proses isi ulangnya…jadi ya semakin banyak produksi ASInya..
4. Cari Dukungan/support
Dukungan/support dari orang lain…apalagi orang terdekat…sangat berperan dalam sukses tidaknyamenyusui…
Semakin besar dukungan yg kita dpt utk terus menyusui…semakin besar pula kemampuan kita utk dpt bertahan terusmenyusui….
Biasanya dalam hal ini dukungan suami…maupun keluarga sangat besar pengaruhnya….
Seorang ibu menyusui yg kurang didukung oleh suaminya…ibunya, mertuanya..adik2nya…bahkan mungkin ditakut2i/dipengaruhi utk beralih ke formula..mungkin lama kelamaan akan berkurang kadar kepercayaan dirinya…jika ia tak cepat2 mencari dukungan dari luar…misalnya dari teman2…dari support group…dll…
Jadi…jika kita merasa kurang yakin…carilah bantuan dukungan… ini akan sangat membantu membangkitkan kepercayaan diri si ibu … demi keberhasilannya menyusui.terutama ASI eksklusif 6 bln…
5. Makan dan minum sehat
Makan makanan dan minum minuman yg sehat yg sesuai dg kebutuhan ibumenyusui sangat penting bagi ibu yg sedang menyusui…
Kebutuhan gizi ibu menyusuibahkan lebih besar dr kebutuhan gizi ibu hamil…
Jadi..jgn karena sudah melahirkan danmenyusui…maka ibu lantas mengurangi porsi…atau berdiet….
Jika ingin tetap menyusui dan tdk ingin kekurangan gizi…maka asupan makanan dan minuman yg dulu wkt hamil rajin dikonsumsi… tetaplah dikonsumsi…jika perlu…suplemen vitamin yg dulu semasa hamil dikonsumsi…tetap terus dikonsumsi…
ASI akan mengambil zat2 yg dibutuhkan utk pertumbuhan bayi melalui tubuh ibu…secara keseluruhan pd dsrnya bayi tdk akan kekurangan gizi…karena keperluan gizinya diambil dr ibunya….tp jika asupan makanan ibu kurang…maka ibunyalah yg akan kekurangan gizi…
O…ya…jangan lupa minum yg banyak, 85% ASI itu adalah cairan… so…..supaya efektif…minumlah yg banyak….
Minumlah kira2 1-2 gelas air (bisa air apa aja…misalnya susu, air putih, juice, dll….asal bukan kopi/teh, alkohol, atau minuman bersoda)…dan minumlah lagi kira 1-2 gelas juga setelah menyusui…
Nah…ibu yg percaya diri dan yakin 100% mampu menghasilkan ASI Insyaallah akan benar2 mampu menghasilkan ASI sesuai keyakinannya.
3. Tingkatkan Frekwensi Menyusui
Semakin sering kita menyusui.maka akan semakin banyak pula ASI diproduksi…base on demand
Proses produksi ASI itu berdasarkan seberapa kosongnya gudang ASI…
Jadi kalo gudang ASInya kosong…maka ASI akan segera diisi lagi…
Nah..semakin sering gudangnya dikosongin…ya kan akan semakin sering proses isi ulangnya…jadi ya semakin banyak produksi ASInya..
4. Cari Dukungan/support
Dukungan/support dari orang lain…apalagi orang terdekat…sangat berperan dalam sukses tidaknyamenyusui…
Semakin besar dukungan yg kita dpt utk terus menyusui…semakin besar pula kemampuan kita utk dpt bertahan terusmenyusui….
Biasanya dalam hal ini dukungan suami…maupun keluarga sangat besar pengaruhnya….
Seorang ibu menyusui yg kurang didukung oleh suaminya…ibunya, mertuanya..adik2nya…bahkan mungkin ditakut2i/dipengaruhi utk beralih ke formula..mungkin lama kelamaan akan berkurang kadar kepercayaan dirinya…jika ia tak cepat2 mencari dukungan dari luar…misalnya dari teman2…dari support group…dll…
Jadi…jika kita merasa kurang yakin…carilah bantuan dukungan… ini akan sangat membantu membangkitkan kepercayaan diri si ibu … demi keberhasilannya menyusui.terutama ASI eksklusif 6 bln…
5. Makan dan minum sehat
Makan makanan dan minum minuman yg sehat yg sesuai dg kebutuhan ibumenyusui sangat penting bagi ibu yg sedang menyusui…
Kebutuhan gizi ibu menyusuibahkan lebih besar dr kebutuhan gizi ibu hamil…
Jadi..jgn karena sudah melahirkan danmenyusui…maka ibu lantas mengurangi porsi…atau berdiet….
Jika ingin tetap menyusui dan tdk ingin kekurangan gizi…maka asupan makanan dan minuman yg dulu wkt hamil rajin dikonsumsi… tetaplah dikonsumsi…jika perlu…suplemen vitamin yg dulu semasa hamil dikonsumsi…tetap terus dikonsumsi…
ASI akan mengambil zat2 yg dibutuhkan utk pertumbuhan bayi melalui tubuh ibu…secara keseluruhan pd dsrnya bayi tdk akan kekurangan gizi…karena keperluan gizinya diambil dr ibunya….tp jika asupan makanan ibu kurang…maka ibunyalah yg akan kekurangan gizi…
O…ya…jangan lupa minum yg banyak, 85% ASI itu adalah cairan… so…..supaya efektif…minumlah yg banyak….
Minumlah kira2 1-2 gelas air (bisa air apa aja…misalnya susu, air putih, juice, dll….asal bukan kopi/teh, alkohol, atau minuman bersoda)…dan minumlah lagi kira 1-2 gelas juga setelah menyusui…
E. PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA
LANSIA DINI
A.Gangguan Psikologis Pada Wanita Menopause
Menurut Kartini (1992) beberapa gangguan yang terjadi adalah :
1. .Depresi Menstrual
Keadaan ini pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus haid. Tampaknya depresi tadi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan, bahwa wanita yabg bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu :
a) Dukungan Informatif
Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.§
Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa menerimastatus quo.§
Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan lapang dada.§
Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.§
Memberi nasehat untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak, elektronik dan lain-lain.§
Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.§
Memberi contoh-contoh pengalaman poditif tentang wanita menopause.§
Menganjurkan untuk berolahraga.§
Memberi latihan penanganan stress.§
Memberi nasehat uabtuh konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu.§
b) Dukungan Emosional
Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.§
Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kandisi istrinya.§
Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.§
Menciptakan lingkungan kelurga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.§
c) Dukungan Penghargaan
Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.§
Memberi dorongan/support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.§
d) Dukungan Instrumental
Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.§
Memberi bantuan materi (yang dilakukan keluarga )§
2. Ide Delirius
Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirus (kegilaan, nafsu-nafsu petualangan). Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan ide delirius yaitu :
• Memberi nasehat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
• Memberi nasehat mengembangkan pikiran atau ide yang positif dalam hidup.
3. Masturbasi Klitoris
Ada kalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi dan ia sensitive sekali sengga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentir). Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.q
Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.q
Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex.q
Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada isrinya.q
4. Aktifitas Hipomanis Semu
Wanita ini merasaklan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah. Cara mengatasi gangguan psikologis ini yaitu :
o Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal positif.
o Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.
B. CARA MENGATASI INSOMIA, GANGGUAN KONSEP DIRI DAN INFATILE PADA MASA MENOPAUSE DENGAN KONSELING DAN KOLABORASI
Pada masa menopause terjadi perubahan yang menimbulkan gangguan diataranya insomia, gangguan konsep diri dan infantile. Cara mengatasinya adalah :
1. Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
2. Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
3. Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapih.
4. Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
5. Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
6. Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
7. Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8. Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9. Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10. Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengeryian dan dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
11. Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi.
F. PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA
LANSIA LANJUT
Aspek
psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan
dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang
berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya
sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek
psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual dalam kehidupan lansia.
Beberapa
gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung,
sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension),
cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya
daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan
anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi
yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause yaitu:
a. Ingatan Menurun
Gelaja ini
terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering
lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung
ingat.
b. Kecemasan
Banyak
ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya
kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa
cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari
ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat
relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah
mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang
terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan.
Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami
perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama
juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya
alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada
juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun
simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek,
menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
·
Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan
psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
·
Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu,
seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan
ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
·
Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti :
menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari
dari kenyataan.
·
Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak
terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan
agitasi.
·
Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat,
gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan
kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih
secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat
kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk
menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.
Menjadi
cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal
untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini
berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai
hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
c. Mudah Tersinggung
Gejala ini
lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan
marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari
proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat
sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika
sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan
yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Stress
Tidak ada
orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para
lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan
menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita
energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun
demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga
memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif,
tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress
adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan
seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
Respon orang
terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi
pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya
konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam
dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat
psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan,
sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam
reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang
lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap
sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada
saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
e. Depresi
Dari
penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan
9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang
gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3%
wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan
demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar
kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang
mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih
karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
Depresi
dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon
terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase
kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa
depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi
mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
Simton-simton
psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie
Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
·
Suasana
hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
·
Berpikir,
ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir,
menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
·
Motivasi,
ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan
kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
·
Perilaku
gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis,
mengeluh.
·
Sintom
biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang
hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.
Mungkin
masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause.
Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut
diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka.
Selain itu pihak keluarga pun diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga
tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-siakan. Mari kita bantu para
lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis sehingga
tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar